Urgensi informasi harus dsadari oleh seorang mahasiswa. Sebagai agent of change, seorang siswa yang dianggap ‘maha’ harus peka terhadap issue lingkungan. Bukan hanya pada level lokal namun juga hingga level internasional. Kepekaan terhadap issue bukanlah tuntutan akademik semata, tetapi juga sebuah tanggung jawab seorang mahasiswa Geografi yang ‘dianggap’ mumpuni terhadap masalah- masalah lingkungan.
Kompas pernah mengungkapkan, media lebih banyak
memberi tempat terhadap berita-berita ekonomi dan politik dibanding berita
lingkungan. Berita lingkungan hanyalah pemanis yang menempati ruang yang kecil.
Padahal Jurnalisme lingkungan merupakan
sebuah jembatan yang stategis untuk memupuk hegemoni masyarakat yang
peduli terhadap lingkungan. Studi Geografi yang mengglobal seharusnya menjadi
sebuah solusi untuk memecahkan gejolak yang ada di dunia saat ini. Entah itu
masalah iklim, ataupun masalah yang berhubungan dengan pembangunan fisik dan
sosial masyarakat.
Lihatlah ketika
Tsunami Aceh tahun 2004 atau Gempa bumi Jogja tahun 2006, atau Gempa Padang
2008, masyarakat di bom bardir dengan pemberitaan di media masa. Setelah
bencana berakhir, kontinuitas berita lingkungan kembali ke awal, pemanis dan
sempit. Kemudian berita lingkungan di tempatkan sebagai pengetahuan bukan
sebagai kesadaran.
Mahasiswa dan jurnalisme, seharusnya menjadi 2 sisi
mata uang. Satu satunya lembaga pers mahasiswa yang berada di Fakultas Geografi
adalah GEOMEDIA. Secara struktural, kami
merupakan sebuah badan semi otonom (BSO)
yang berada di bawah BEM KM Fakultas Geografi. Berdiri sejak 2 tahun lalu dan secara diketuai
oleh Sekretaris Jendral BEM KM. Walaupun masih berupa Badan Semi Otonom,
GEOMEDIA telah berstatus mandiri. Dibuktikan dengan pertanggungjawaban GEOMEDIA
yang langsung kepada dekanat terutama wakil dekan III (Kemahasiswaan). Tapi apalah arti sebuah
struktur, yang penting sebuah pergerakan bukan?
Pergerakan GEOMEDIA saat ini berada di level
fakultas dan universitas. Kami juga menjalin kerja sama dengan beberapa
instansi pemerintahan dan media massa contohnya PSDA, kompas, harian jogja, dan
media lain. Kami sangat terbantu dengan banyaknya alumnus GeografI yang bekerja
di ranah pers. Tahun ini, kami mencoba bekerja sama dengan mahasiswa University
of Malaya, Malaysia. Secara rutin GEOMEDIA melakukan pelatihan jurnalistik
kepada anggota dan umum untuk melatih kepekaan terhadap isu isu lingkungan. Produk
yang kami hasilkan berupa buletin dua bulanan. Selain itu, kami juga melakukan
ekspedisi jurnalistik untuk mengungkap permasalahan di suatu tempat. Ekspedisi
yang pernah dilakukan yaitu ekspedisi Selokan Mataram (2009).
Pembagian divisi di GEOMEDIA didasarkan secara fungsional. Pertama adalah Bagian redaksi yang menangani redaksional buletin, majalah, pamflet, dll. Bagian ini berisi divisi reporter, fotografer, ilustrator, layoter, dan web design. Yang kedua adalah bagian managemen yang mengurusi ‘dapur’ GEOMEDIA, mulai dari administrasi,sponsorship, GEOMEDIA universary, Open recruitment, dan lain-lain.
Pembagian divisi di GEOMEDIA didasarkan secara fungsional. Pertama adalah Bagian redaksi yang menangani redaksional buletin, majalah, pamflet, dll. Bagian ini berisi divisi reporter, fotografer, ilustrator, layoter, dan web design. Yang kedua adalah bagian managemen yang mengurusi ‘dapur’ GEOMEDIA, mulai dari administrasi,sponsorship, GEOMEDIA universary, Open recruitment, dan lain-lain.
Terakhir, walau baru seumur jagung, kami berusaha untuk menjadi sebuah media “CERDAS, KRITIS, SKEPTIS, DAN KREATIF”. Menjadi jurnalis tidak berarti pintar menulis, tapi pandai berfikir kritis! Selamat bergabung di Kampus Bumi, kami tunggu kontribusi anda!! SALAM JURNALIST!