Jumat, 11 Maret 2011

BAGAIMANA JIKA SELOKAN MATARAM SETENAR MALIOBORO?


Pernahkan terlintas dibenak kita untuk sedikit saja mengerti, sedikit saja memahami karena semoga dari sedikit itu akan tumbuh rasa yang besar pada selokan mataram dari dalam hati, suatu rasa memiliki. Selokan tidak butuh sanjungan namun butuh perhatian, dia tidak perlu jika hanya sekedar simpati maupun empati, tapi lebih kepada tindakan yang mencerminkan bahwa kita peduli agar selokan mataram takkan mati…
Yogyakarta, kota pelajar yang terkenal juga dengan berbagai potensi wisata didalamnya, mulai dari pantai yang beranekaragam, keraton hingga yang juga sangat terkenal ialah tempat berbelanja yang menjadi tujuan utama para pelancong, Malioboro. Mungkin jika kita bertanya pada orang dimana Malioboro, setiap dari mereka akan sangat dengan mudah bahkan mungkin dengan sangat antusias menjawab Yogyakarta. Malioboro memang telah menjadi salah satu ikon jogja sejak bertahun-tahun lamanya. Rasanya tidak dapat dipisahkan antara Malioboro dan Yogyakarta. Sudah sangat diketahui oleh banyak orang bahwa Malioboro terletak di Yogyakarta, atau sebaliknya di Yogyakarta ada Malioboro.

Berbeda dengan fenomena lain yang juga dapat kita temui di Yogyakarta yaitu adanya suatu selokan besar yang seakan lebih layak disebut sungai. Membentang sejauh 34 km dari perbatasan Magelang-Yogyakarta hingga Prambanan, Selokan Mataram ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan potensinya yang sangat beragam, Selokan Mataram yang mengalir dari barat ke timur ini seakan menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat jogja, terutama yang tinggal di sekitarnya. Tidak hanya sebagai irigasi seperti tujuan awal selokan ini dibangun pada zaman penjajahan Jepang, Selokan Mataram pun kini memiliki fungsi lain yang juga sangat penting bagi masyarakat. Fungsi tersebut misalnya sebagai sanitasi, suplesi, sebagai pemasok air pada sumur-sumur warga melalui penggelontoran, sebagai tempat pemancingan, maupun sebagai sarana olahraga seperti rafting.
Ironisnya dengan fungsi yang sangat banyak itu, tidak banyak orang tahu dan memahami akan keberadaannya, bahkan masyarakat yang memanfaatkan selokan mataram itu sendiri. Padahal sebagai irigasi, selokan mataram ini seharusnya memiliki fungsi kerja juga sebagai irigasi. Namun kini, fungsi kerja Selokan Mataram telah berganti sebagai sungai yang notabene harus selalu mengalir demi tetap terjaganya sumur-sumur warga dari kekeringan. Bahkan kini, ditengah semakin pesatnya perkembangan permukiman, sawah-sawah yang menjadi obyek pengairan Selokan Mataram pun mulai menghilang dan beralih menjadi bangunan. Inilah salah satu hal yang mengakibatkan terjadi alih fungsi Selokan Mataram. Hal semacam ini tentu sangat berpengaruh pada eksistensi selokan mataram. Selain ancaman-ancaman tersebut, pendangkalan dan pencemaran baik oleh limbah rumah tangga maupun non rumah tangga juga menjadi hal yang seharusnya sangat perlu untuk diperhatikan. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di sepanjang sungai, turut berpartisipasi pula pada terjadinya alih fungsi Selokan Mataram. Inikah yang masyarakat berikan dalam hubungan timbal baliknya dengan Selokan Mataram yang telah sangat berjasa padanya? 
Lalu tidakah ada sedikit saja perhatian dari masyarakat, terutama yang memanfaatkan Selokan Mataram sendiri? Seandainya kita dapat berfikir lebih bijaksana, tentu Selokan Mataram tidak akan bernasib seperti sekarang ini, tidak dikenal, tidak dipahami dan tidak diperhatikan. Padahal, eksistensi Selokan Mataram sangat berpengaruh pada kelancaran berbagai proses kehidupan masyarakat.  Oleh sebab itu, tentu saja jika Selokan Mataram berada dalam kondisi yang baik, tentu kehidupan masyarakat pun akan berjalan lancar, bahkan akan sangat menguntungkan. Seperti halnnya fenomena tentang Malioboro, fenomena Selokan Mataram pun seharusnya mampu menjadi sesuatu hal yang lain dan unik terutama bagi Yogyakarta. Jika Malioboro hanya ada di Jogja, selokan mataram ini juga hanya dimilki oleh Jogja. Oleh karenanya, adanya Selokan Mataram juga dapat menjadi ciri khas bagi Yogyakarta di mata nusantara. 
Selokan Mataram merupakan aset nasional yang tentu harus dilestarikan. Betapa tidak, selokan yang juga turut andil sebagai saksi sejarah perjuangan masyarakat Indonesia melawan penjajah ini merupakan suatu fenomena yang unik jika kita dapat mengembangkannya. Selokan yang selama ini ada dalam otak kita tentu saja berupa saluran air yang relatif kecil, namun tidak bagi selokan mataram. Selokan Mataram berukuran besar sehingga tidak sedikit yang menyadarinya sebagai sungai. Lalu pernahkah terfikir oleh kita, bagaimana suatu selokan yang membentang dari barat ke timur mampu mengalir, sementara jika dihubungkan dengan sifat air, air dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Hal itu merupakan dua keunikan nyata yang dapat kita temui pada Selokan Mataram. 
Hal lain yang dapat ditonjolkan dari Selokan Mataram ini antara lain, potensinya sebagai sarana pemancingan ataupun rafting. Dari itu, Selokan Mataram juga berpotensi sebagai obyek wisata jika ada usaha untuk mengelola Selokan Mataram ini menjadi lebih baik. Sedangkan bagi para PKL di sepanjang pinggiran selokan, pemerintah tentu saja dapat melokalisasikannya di suatu tempat yang lebih layak dengan jaminan tidak mengurangi pendapatan mereka jika mereka meninggalkan tempat asal mereka di pinggiran selokan. Sehingga kemudian di pinggiran selokan mungkin dapat dibuat jalur sepeda, sehingga para pengguna sepeda dapat menyusuri Selokan Mataram dengan nyaman. Dengan semua itu, maka potensi Selokan Mataram dapat lebih menonjol dan berkembang. Hal-hal semacam itu tentu sangat menguntungkan, tidak hanya bagi masyarakat namun juga bagi pemerintah. 

Meskipun tidak mudah, tentu saja tidak menutup kemungkinan hal semacam ini dapat diwujudkan. Dengan catatan, bila kawasan sekitar selokan ini dapat dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya, maka perlu ada kesadaran yang tinggi tentang budaya peduli lingkungan. Tidak hanya membuang sampah di tempatnya, kesadaran untuk tidak merusak dan memperjelek lingkungan oleh tangan-tangan jail manusia juga harus ditingkatkan. Sehingga, tidak hanya kawasannya berkembang, namun kebersihan juga tetap menjadi hal utama yang perlu diperhatikan dan dipertahankan, hingga akhirnya Selokan Mataram pun mampu setenar Malioboro dalam perspektif masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jogja pada khususnya. Sebuah renungan bagi kita. [ratih|geomedia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar