Pernahkan terlintas dibenak kita untuk sedikit saja mengerti,
sedikit saja memahami karena semoga dari sedikit itu akan tumbuh rasa yang
besar pada selokan mataram dari dalam hati, suatu rasa memiliki. Selokan tidak
butuh sanjungan namun butuh perhatian, dia tidak perlu jika hanya sekedar
simpati maupun empati, tapi lebih kepada tindakan yang mencerminkan bahwa kita
peduli agar selokan mataram takkan mati…
Yogyakarta, kota pelajar
yang terkenal juga dengan berbagai potensi wisata didalamnya, mulai dari pantai
yang beranekaragam, keraton hingga yang juga sangat terkenal ialah tempat berbelanja
yang menjadi tujuan utama para pelancong, Malioboro. Mungkin jika kita bertanya
pada orang dimana Malioboro, setiap dari mereka akan sangat dengan mudah bahkan
mungkin dengan sangat antusias menjawab Yogyakarta. Malioboro memang telah
menjadi salah satu ikon jogja sejak bertahun-tahun lamanya. Rasanya tidak dapat
dipisahkan antara Malioboro dan Yogyakarta. Sudah sangat diketahui oleh banyak
orang bahwa Malioboro terletak di Yogyakarta, atau sebaliknya di Yogyakarta ada
Malioboro.
Berbeda dengan fenomena lain yang juga dapat kita temui di Yogyakarta yaitu adanya suatu selokan besar yang seakan lebih layak disebut sungai. Membentang sejauh 34 km dari perbatasan Magelang-Yogyakarta hingga Prambanan, Selokan Mataram ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan potensinya yang sangat beragam, Selokan Mataram yang mengalir dari barat ke timur ini seakan menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat jogja, terutama yang tinggal di sekitarnya. Tidak hanya sebagai irigasi seperti tujuan awal selokan ini dibangun pada zaman penjajahan Jepang, Selokan Mataram pun kini memiliki fungsi lain yang juga sangat penting bagi masyarakat. Fungsi tersebut misalnya sebagai sanitasi, suplesi, sebagai pemasok air pada sumur-sumur warga melalui penggelontoran, sebagai tempat pemancingan, maupun sebagai sarana olahraga seperti rafting.
Ironisnya dengan fungsi yang sangat banyak itu,
tidak banyak orang tahu dan memahami akan keberadaannya, bahkan masyarakat yang
memanfaatkan selokan mataram itu sendiri. Padahal sebagai irigasi, selokan
mataram ini seharusnya memiliki fungsi kerja juga sebagai irigasi. Namun kini,
fungsi kerja Selokan Mataram telah berganti sebagai sungai yang notabene harus
selalu mengalir demi tetap terjaganya sumur-sumur warga dari kekeringan. Bahkan
kini, ditengah semakin pesatnya perkembangan permukiman, sawah-sawah yang
menjadi obyek pengairan Selokan Mataram pun mulai menghilang dan beralih
menjadi bangunan. Inilah salah satu hal yang mengakibatkan terjadi alih fungsi Selokan
Mataram. Hal semacam ini tentu sangat berpengaruh pada eksistensi selokan
mataram. Selain ancaman-ancaman tersebut, pendangkalan dan pencemaran baik oleh
limbah rumah tangga maupun non rumah tangga juga menjadi hal yang seharusnya
sangat perlu untuk diperhatikan. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan
di sepanjang sungai, turut berpartisipasi pula pada terjadinya alih fungsi Selokan
Mataram. Inikah yang masyarakat berikan dalam hubungan timbal baliknya dengan Selokan
Mataram yang telah sangat berjasa padanya?
Lalu tidakah ada sedikit
saja perhatian dari masyarakat, terutama yang memanfaatkan Selokan Mataram
sendiri? Seandainya kita dapat berfikir lebih bijaksana, tentu Selokan Mataram
tidak akan bernasib seperti sekarang ini, tidak dikenal, tidak dipahami dan
tidak diperhatikan. Padahal, eksistensi Selokan Mataram sangat berpengaruh pada
kelancaran berbagai proses kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, tentu saja jika Selokan
Mataram berada dalam kondisi yang baik, tentu kehidupan masyarakat pun akan
berjalan lancar, bahkan akan sangat menguntungkan. Seperti halnnya fenomena
tentang Malioboro, fenomena Selokan Mataram pun seharusnya mampu menjadi
sesuatu hal yang lain dan unik terutama bagi Yogyakarta. Jika Malioboro hanya
ada di Jogja, selokan mataram ini juga hanya dimilki oleh Jogja. Oleh
karenanya, adanya Selokan Mataram juga dapat menjadi ciri khas bagi Yogyakarta
di mata nusantara.
Selokan Mataram merupakan aset nasional yang tentu harus
dilestarikan. Betapa tidak, selokan yang juga turut andil sebagai saksi sejarah
perjuangan masyarakat Indonesia melawan penjajah ini merupakan suatu fenomena
yang unik jika kita dapat mengembangkannya. Selokan yang selama ini ada dalam
otak kita tentu saja berupa saluran air yang relatif kecil, namun tidak bagi
selokan mataram. Selokan Mataram berukuran besar sehingga tidak sedikit yang
menyadarinya sebagai sungai. Lalu pernahkah terfikir oleh kita, bagaimana suatu
selokan yang membentang dari barat ke timur mampu mengalir, sementara jika
dihubungkan dengan sifat air, air dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Hal itu merupakan dua keunikan nyata yang dapat kita temui pada
Selokan Mataram.
Hal lain yang dapat ditonjolkan dari Selokan Mataram ini
antara lain, potensinya sebagai sarana pemancingan ataupun rafting. Dari
itu, Selokan Mataram juga berpotensi sebagai obyek wisata jika ada usaha untuk
mengelola Selokan Mataram ini menjadi lebih baik. Sedangkan bagi para PKL di
sepanjang pinggiran selokan, pemerintah tentu saja dapat melokalisasikannya di
suatu tempat yang lebih layak dengan jaminan tidak mengurangi pendapatan mereka
jika mereka meninggalkan tempat asal mereka di pinggiran selokan. Sehingga kemudian
di pinggiran selokan mungkin dapat dibuat jalur sepeda, sehingga para pengguna
sepeda dapat menyusuri Selokan Mataram dengan nyaman. Dengan semua itu, maka
potensi Selokan Mataram dapat lebih menonjol dan berkembang. Hal-hal semacam itu
tentu sangat menguntungkan, tidak hanya bagi masyarakat namun juga bagi
pemerintah.
Meskipun tidak mudah, tentu saja tidak menutup kemungkinan hal
semacam ini dapat diwujudkan. Dengan catatan, bila kawasan sekitar selokan ini
dapat dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya, maka perlu ada kesadaran
yang tinggi tentang budaya peduli lingkungan. Tidak hanya membuang sampah di
tempatnya, kesadaran untuk tidak merusak dan memperjelek lingkungan oleh
tangan-tangan jail manusia juga harus ditingkatkan. Sehingga, tidak hanya
kawasannya berkembang, namun kebersihan juga tetap menjadi hal utama yang perlu
diperhatikan dan dipertahankan, hingga akhirnya Selokan Mataram pun mampu
setenar Malioboro dalam perspektif masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Jogja pada khususnya. Sebuah renungan bagi kita. [ratih|geomedia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar