Suatu
keharusan bagi Fakultas Geografi sebagai pelopor
dan produk lingkungan ini untuk selalu menjaga dan menyikapi segala
ketidakpedulian terhadap lingkungan. Ketenaran Fakultas Geografi sebagai pencetus environment
friendly campus sudah tidak diragukan lagi. Hal ini tentu saja dibarengi dengan pemikiran orang bahwa
geografiwan sudah sepantasnya peduli dan cinta lingkungan.
Namun pada
kenyataannya, Fakultas Geografi belum bisa
membenahi pencemaran udara yang ditimbulkan oleh asap rokok. Dari berbagai
sudut di luar ruangan seperti kantin, halaman, selasar, dan gazebo fakultas
dapat ditemui kepulan asap yang sangat tidak bersahabat. Adanya tulisan
larangan merokok di lingkungan fakultas masih menjadi formalitas belaka. Terlebih
larangan tersebut hanya untuk ruangan ber-AC saja. Hal ini sama sekali tidak
sesuai dengan fakultas geografi sebagai environment
friendly campus.
Mengapa
fakultas yang menyatakan diri sebagai pelopor environment friendly campus justru tidak menunaikan kewajibannya
untuk memperhatikan area bebas asap rokok yang jelas-jelas sangat mengganggu
lingkungan? Justru Fakultas lain seperti Fakultas Kedokteran dan Farmasi telah berani dengan tegas mengharamkan wilayah
kampusnya dihinggapi asap rokok.
Memang
banyak sekali tanggapan “Ya iyalah..namanya juga kedokteran! Masa boleh
ngerokok?” Lalu bagaimana dengan tanggapan beberapa mahasiswa bukan geografi
yang menyesalkan “ Masa di kampus geografi boleh ngrokok sih? Katanya cinta lingkungan?” Pernyataan-pernyataan
ringan yang sebenarnya patut untuk didengarkan.
Dari
hasil testimoni mahasiswa geografi non-perokok,
mereka sangat menyayangkan tidak adanya larangan tegas bagi perokok aktif. Environment friendly campus yang telah disandang
fakultas geografi inii seolah sekedar wacana dan formalitas spanduk belaka.
Selain itu, tidak adanya sanksi bagi perokok pada daerah yang bertuliskan
larangan rokok makin membuat kesal saja.
Pernyataan
bahwa fakultas geografi sebagai kawasan bebas asap rokok sebenarnya disetujui
oleh beberapa mahasiswa perokok. Mereka umumnya enggan untuk mematikan rokok di
lingkungan fakultas karena tidak adanya larangan merokok. Jika ada larangan
untuk membuang asap, mereka dengan senang hati mau mematikan rokok mereka dan
memilih meninggalkan area fakultas bila akan merokok.
Hal ini
tentu saja dapat menjadi pertimbangan untuk menegaskan larangan merokok di area
fakultas geografi. Dengan demikian fakultas geografi sebagai environment friendly campus sudah
benar-benar berkomitmen untuk mempertahankan
gelar tersebut meskipun masih perlu adanya pembenahan lingkungan fakultas
lainnya. [murniIgeomedia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar